🪐 Kisah Santri Yang Taat Pada Guru
Buktikepatuhan murid kepada guru. Ekalaya taat. Dia memotong jemarinya. Hilang sudah kemampuan memanahnya, sebab mustahil dia melesatkan anak panah tanpa ibu jarinya. Talenta Ekalaya hancur, karier Arjuna semakin melesat. Semua gara-gara kelicikan Resi Durna. Untuk pemesanan buku, klik PESAN. ***
MediaPendidikan, Media ini digunakan pada saat Islam sudah memiliki pengikut, para guru terdiri dari kiai dan ulama yang menyampaikan ajaran keislaman baik di pesantren, surau, langgar bahkan masjid.. Mereka mencetak atau mendidik kalangan orang yang sudah beragama Islam untuk menjadi pendakwah Islam, setiap orang yang sedang belajar tentang
ImamAl-Ghazali dalam kitabnya yang berjudul “Bidayatul Hidayah” memberikan penjelasan tentang pembagian taat kepada Allah, kemudian disyarah oleh Imam Nawawi Banten dalam kitab “Maraqi Al-Ubudiyyah“. Disini, kita akan mengulas makna taat dari kedua imam tersebut. Ketahuilah bahwasannya perintah Allah jika dilihat dari segi penekanannya adalah
Ilustrasi(gambar/okezone.com) NGANJUK (POROSRIAU.COM)--Seorang guru mengaji di Kecamatan Berbek, Kabupaten Nganjuk berinisial Am (38) jadi omongan warga. Pasalnya, ada viral video tentang ulah mesum Am bersama santriwati -sebut saja Bunga - yang masih bocah. Video itu sudah beredar di ponsel-ponsel warga Nganjuk sejak Senin lalu (18/9).
Terdapatkisah yang bisa diambil tentang adab terhadap guru, kisah ini datang dari salah satu khalifah yang terkenal di Dinasti Abbasiyah yaitu Harun Ar-Rasyid. Ia pernah meminta untuk mendidik seekor kambing. Kambing tersebut di didik oleh Al-Ashma’I yang juga seorang yang alim. Harun Ar-Rasyid melihat al-Ashma’I melihatnya anaknya
Allah Pemilik otoritas ; Hak memerintah dan memimpin ada di Tangan Allah, bukan yang lain (7:54) – Allah Pemilik ketaatan ; Ketaatan yang utama adalah taat kepada Allah (4:59) – Allah Pemilik kedaulatan ; Kedaulatan ada di tangan Allah (6:57, 12:40,67) • Ada 6 konsep utama yang diluruskan oleh Islam : 1. Konsep ketuhanan 2. Konsep
KisahNabi Khidir – Al-Khadir (Arab:الخضر, Khadr, Khader, Khidir) adalah nama yang diberikan kepada seorang nabi yang sangatlah misterius dalam Surah Al-Kahfi ayat 65-82. Selain kisah tentang Nabi Khidir yang mengajarkan tentang ilmu dan kebijaksanaan kepada Nabi Musa. Dalam bukunya yang berjudul “Mystical Dimensions of Islam”, yang ditulis oleh “Annemarie
Karenabanyak santri berasal dari club atau komunitas motor, setelah proses belajar selesai, para santri rock n roll ini mendapat bimbingan dari pihak Satlantas Polser Cilacap. Hal ini dilakukan agar para santri saat berkendara di jalan raya taat pada peraturan lalu lintas yang sudah ada, seperti taat menggunakan helm, memiliki SIM, dan lain-lain.
KH Zainuddin merupakan pengasuh Pondok Pesantren Mojosari, Loceret, Nganjuk, Jawa Timur generasi ke 7. Pondok Pesantren Mojosari didirikan pada tahun 1720 M oleh Kyai Ali Imron, Bendungan. Ketika menjadi santri di pesantren Langitan, Tuban, Kiai Zainuddin yang asal Padangan, Bojonegoro diambil menantu oleh pengasuh pondok tersebut, dan diminta untuk
4v0el. KISAH SEORANG MURID YANG PATUH KEPADA GURU KISAH PERTAMA Dahulu di sebuah pesantren ada seorang santri yang bodoh tetapi dia sangatlah taat kepada gurunya. akhirnya pada suatu ketika cincin Bu Nyai jatuh kedalam wc, akhirnya si santri tersebut di suruh mencarinya dan si santri langsung mencari cincin itu sampai ketemu. akhirnya pada usatu hari Kiyai dari santri tersebut berpergian dan sebelum Kiyai pergi, Kiyai berpesan kepada sang santri agar sang santri menggantikan Kiyai mengajar santri yang lainnya, akhirnya sang santri langsung menjalankan apa yang diperintahkan oleh Kiyai. akhirnya sang santri masuk kelas untuk mengajar santri-santri lainya, sang santri pun langsung membuka kitab dan langsung membaca bismillah dan ketika setelah membaca bismillah sang santri terdiam karna dia tidak bisa membaca dan tidak tahu apa yang akan di terangkannya pada santri-santri. akhirnya sang santri tersebut di sorakin,ditertawakan dan sebagainya oleh para santri. akhirnya kerena malu,grogi dan sebagainya sang santri langsung pergi ke kamar dan langsung tidur. dan didalam tidurnya dia bermimpi bertemu sang Kyai, akhirnya sang santri terbangun dan langsung membuka kitab yang akan diajarkannya. akhirnya dia kembali ke kelas untuk mengajar kitab yang sebelumnya, akhirnya dia membuka kitab dan membaca bismillah dan dia pun langsung bisa membaca dan menerangkan isi kitab tersebut seperti orang yang sudah terbiasa membaca dan menerangkan kitab. KISAH SEORANG MURID YANG PATUH KEPADA GURU KISAH KEDUA Pada suatu zaman ada seorang murid yang ta’at kepada gurunya, setelah ia belajar lama ia pun kembali ke kampung asalnya, tahun demi tahun ia lalui yang akhirnya beliau menjadi seorang yang alim yang terkenal di kampung itu dan di juluki “Syekh Maulana Kendi”. Kenapa beliau di juluki Maulana Kendi?, karena beliau tidak lepas dengan kendi tersebut untuk mengambil air wudhu dan untuk beliau minum airnya, keta’atan ibadahnya sehingga beliau tidak memiliki harta apapaun, kecuali gubuk kecil yang beliau tempati bersama seorang muridnya yang beliau sayangi. Keta’atan dan ketaqwaannya menjadikan contoh untuk muridnya yang selalu mendampinginya sehingga muridnya pun menjunjung tinggi ahlak dan kebesaran ilmunya. Pada suatu saat Syekh Kendi menceritakan tentang gurunya yang berada dinegeri seberang dan akhirnya menyuruh muridnya untuk menemuinya, keesokan harinya sang murid berangkat kenegeri seberang dan sampailah didepan gerbang guru besar Syekh Kendi, maka murid Syekh Kendi bertanya “Apakah ini rumah guru besar Syekh Kendi?”, rumah yang bagaikan istana yang luas, penjaga yang begitu banyak membuat keraguan murid Syekh Kendi, seraya dihati berkata “Guruku Syekh Kendi miskin tak punya apa-apa sedangkan guru besarnya seperti ini”. Bertambah keanehannya di kala melihat didalam istananya bangku-bangku emas dan mahkota emas dan begitu gemerlapan emas yang ada di dalam rumahnya. Dan akhirnya berjumpalah murid Syekh Kendi dengan guru besarnya yang bernama Syekh Sulaiman Guru dari Syekh Kendi, tiba-tiba beliau berkata “Apakah engkau murid Syekh Kendi murid dari pada kesayanganku?” benar wahai guru besar Guru Sulaiman, beri kabar kepada muridku agar dia lebih zuhud lagi didunia dan salamkan ini kepadanya, kebingungan bertambah, guruku yang miskin di suruh tambah miskin lagi menurut kata hatinya, dan pertanyaan ini membuat bingung dan akhirnya keesokan harinya dia pulang menuju rumah Syekh Kendi gurunya dan membawa pertanyaan yang membingungkan, setibanya dia dirumah Syekh Kendi dengan gembira Syekh Kendi menyambut kedatangannya seraya bertanya “Apa kabar yang kau bawa dari guruku tercinta?” muridnya menceritakan “Wahai guruku aku diberi kabar agar engkau lebih zuhud lagi hidup didunia.”, tiba-tiba Syekh Kendi menangis, menangis dan menangis lalu mengambil kendinya dan memecahkannya seraya berkata “Benar guruku, benar guruku”. Ketahuilah wahai muridku kemewahan dan keindahan Syekh Sulaiman guruku tak sedikitpun masuk kedalam hatinya, sedangkan aku selalu mencari-cari kendiku dan aku takut kehilangannya, ini yang menyebabkan aku kurang zuhud kepada Allah SWT, karena masih ada dihatiku dunia.
loading...Ustaz Miftah el-Banjary, Dai yang juga pakar ilmu linguistik Arab dan Tafsir Al-Quran asal Banjar Kalimantan Selatan. Foto/Ist Ustaz Miftah el-BanjaryPakar Ilmu Linguistik Arab dan Tafsir Al-Qur'anDikisahkan di Tarim Yaman terdapat satu pesantren yang terkenal bernama "Rubath Tarim". Pesantren ini telah melahirkan puluhan ribu ulama yang tersebar di seluruh dunia. Di sana para santri diajarkan berbagai macam ilmu, khususnya spesifikasi ilmu Fiqh sebagai pesantren itu pula ada seorang santri , sebut saja namanya "Fulan". Fulan ini merupakan seorang santri yang menetap 13 tahun bersama Habib Abdullah bin Umar as-Syatiri dan sangat cerdas, kuat hafalannya, tangkas dan rajin. Ia menjadi santri yang sudah mencapai derajat Mufti saking pintarnya. Ia juga hafal semua Mas'alah Fiqhiyah yang terdapat dalam Kitab "Tuhtatul Muhtaj" sebuah kitab yang tebalnya 10 jilid cetakan Darul Diyha atau 4 jilid cetakan Darul Kutub Ilmiyah. Baca Juga Kesehariannya di pesantren, si Fulan ini disukai oleh teman-temannya, sebab ia dibutuhkan oleh rekannya untuk menjelaskan pelajaran yang belum dipahami serta mengajar kitab kitab lainnya. Hampir 13 tahun menjadi santri Rubath Tarim tentu saja hampir dipastikan kapasitasnya ia termasuk ulama besar . Namanya pun tersohor hingga keluar pesantren bahwa ia termasuk calon ulama besar yang akan muncul akhirnya Setan mengelabui si Fulan, ia pun merasa orang yang paling Alim. Bahkan ia merasa kualitas dirinya sejajar dengan kealiman guru besarnya. Tidak cukup sampai di situ, kesombongan itu berlanjut hingga ia berani memanggil gurunya dengan namanya saja "Ya Abdullah Duhai Abdullah"! Na'udzubillahi min dzalik. Di mata para Ahli ilmu, hal ini merupakan tindakan yang sangat sangat tercela dan kesombongan yang سيدي الشيخ محمد بن علي باعطية الدوعني من نادى شيخه باسمه لم يمت حتى يذوق الفقر المعنوي من العلم"Barang siapa ya memangil gurunya dengan sebutan namanya langsung tidak mengagungkannya ketika memanggil maka dia tak akan meninggal, kecuali sudah merasakan hidup yang faqir baik dalam ilmu maupun materi." Melihat kesombongan si Fulan, Habib Abdullah As-Syatiri sabar dan memilih diam saja. Syidi Syeikh Muhammad bin Ali Ba’atiyah mengatakan "Diamnya seorang guru saat muridnya tidak sopan pada gurunya, tetap akan mendapatkan Adzab dari Allah."Kesombongan itupun berlanjut, si Fulan pada suatu hari akan keluar dari Rubath Tarim menuju Kota Mukalla untuk berdakwah. Ia pun keluar dari pesantren begitu saja tanpa minta izin kepada Habib Abdullah As-Syatiri. Hingga pada saat "Madras Ribath" sebutan untuk pengajian rutinan di rubath Tarim, Habib Abdullah menanyakan keberadaan si Fulan yang biasanya duduk di depan, namun tidak kelihatan. "Kemanakah si Fulan?" Sebagian murid yang mengetahui menjawab "Si Fulan sedang berdakwah ke Kota Mukalla". Habib berkata "Apakah dia izin kepadaku?", sontak murid yang lain diam saja. Dan Habib Abdullah kemudian berkata "Baiklah, kalau begitu biarkan si Fulan pergi akan tetapi ilmunya tetap di sini!"Di sisi lain di Kota Mukalla Yaman, para ahli ilmu dan thalibul ilim dan para pecinta Habib Abdullah as-Syatiri yang mendengar bahwa si Fulan santri senior Rubath Tarim akan mengisi ceramah di Masjid Baumar Mukalla Qadim, mereka pun berbondong-bondong datang, mereka pun mempersilakan si Fulan untuk memberikan Fulan naik ke mimbar dan memulai isi ceramahnya, ia memulai dengan "Basmalah, hamdalah, shalawat kepada Nabi amma ba'du. Kemudian ia membaca sebuah ayatوما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون٥٦ وما أريد منهم من رزق وما أريد أن يطعمون ٥٧ إن الله هو الرزاق ذو القوت المتين ٥٨ سورة الذارياتKetika ingin menjelaskan ayat ini. Namun, ternyata dia terdiam seperti kayu yang berdiri tegak dan kebingungan tak mampu berbicara menjelaskan ayat tersebut. Hingga dia duduk lima menit dia terdiam di hadapan jamaah di hadapannya dia menoleh ke jamaah dan mereka juga memandang si Fulan. Hingga akhirnya dia duduk menangis karena semua ilmu yang pernah ia hafal hilang seketika. Bahkan kitab kecil Safinatun Najah tak hafal satu kalimat pun apa lagi kitab Tuhfah yang awalnya telah dihafal .Ketika di Ribat bagaikan unta yang sangat mahal hargaya karena mempunyai keistimewaan dan kelebihan sendiri. Jamaah yang melihatnya kaget melihat itu. Salah satu ahli ilmu di Kota Mukalla yaitu Habib Abdullah Sodiq Al-Habsyi, beliau pernah mondok mencari ilmu di Ribat Tarim selama 9 tahun beliau mengerti bahwa pasti ada sesuatu yang tidak beres dari si Fulan. Kemudian datanglah kabar bahwa si Fulan telah isa'atul adab berbuat kurang baik terhadap gurunya. Ia pun bertanya pada si Fulan, setelah mendengar penjelasannya, si ahli ilmu menasehati agar ia si Fulan minta maaf pada sang maha sudah dikuasai oleh setan, ia pun enggan untuk tawadhu dan minta maaf pada sang guru . Hidupnya pun bertambah tragis, ilmunya sudah hilang dan tanpa ada keluarga yang mau menerimanya tanpa teman yang peduli pada nasibnya.
Banyak yang tidak menyangka bahwa kehadiran guru saat santri membaca Al-Qur'an sangatlah penting. Selain ada faedah râbithah dan murâqabah ikatan dan kedekatan emosional, juga ada faedah lain, yakni tentu saja mengoreksi apakah cara membaca santri sudah benar atau belum. Ini lebih dari sekadar tentang ilmu ucap melainkan juga ilmu ketika, seorang guru menegur muridnya yang sedang membaca Al-Qur’an sambil tiduran. Sebenarnya, sang murid membacanya bil ghaib alias dengan teknik hafalan. Diam-diam ia membaca dan hanya sesekali mengeraskan suaranya agar pas dan sesuai dengan makhraj. Tak disangka, sang guru mengetahui. Ia mengambil serban lalu memukul sang murid dengan pukulan kasih sayang."Kang, sampeyan baca Al-Qur’an itu memang bernilai ibadah. Tapi apa sampeyan nggak ingat, bahwa Rasulullah SAW itu tidak pernah menerima wahyu sambil tiduran seperti sampeyan itu."Mak deg dalam hati Sang Murid. "Kalau membaca Al-Qur'an itu, bacalah seolah sampeyan membaca di hadapan guru yang menunjukkan. Kamu akan terjaga dari sikap tidak memuliakan wahyu Allah," sang guru melanjutkan"Kalau murid sudah berani hilang adab saat dia sedang disimak guru dalam tingkah ghaib, bagaimana mungkin ia bisa menjaga adab dalam tingkah ghaib di hadapan Rasulullah? Sampeyan tidak pernah melihat beliau. Sampeyan juga tidak pernah hadlir di majelis beliau. Tentu akan lebih mudah bagimu untuk berpaling dari pengawasan beliau."Jedeeerrrr... Seolah apa yang disampaikan Sang Guru ibarat petir yang menyambar di relung hati terdalam dari murid. Tak terasa air matanya menetes. Peluh di sekujur tubuh mulai keluar, dingin, disambut semriwing angin yang menerpa badan. "Wahyu Allah itu turun sebagai petunjuk bagi umat. Ibarat sampeyan ditunjukkan oleh seseorang, kemudian sampeyan bersikap tanpa adab dengan orang yang menunjukkan, apakah sampeyan sudah siap untuk ditinggalkan oleh orang yang menunjukkan itu? Begitulah hendaknya sang murid beradab saat Allah SWT, tunjukkan lewat bulir-bulir kalam ilahi itu. Sikapnya terhadap kalam ilahi adalah cermin kesiapannya untuk diabaikan atau diterimanya ia," sambung sang guru sambil menunjuk ke muka sang murid langsung tersungkur. Kepalanya bersujud, air matanya tumpah. Sambil berbisik ia mengucap, "Astaghfirullahl 'adhim. Hamba tobat, Gusti. Mulai saat ini, hamba berjanji tak akan mengulangi lagi sikap hamba yang kurang adab itu. Ampuni kesalahan hamba, Gusti!" Tangis tersedu-sedu sang murid memecah kesunyian. Lalu tiba-tiba sesosok tangan menyolek-nyolek dengan suara lembut, "Mas... Mas.... Bangun! Waktunya sahur. Jenengan kok keringetan. Lagi masuk angin, ya?"Terkesiap, sang murid itu duduk. "Eh... cuma mimpi ya? Tapi seolah nyata sekali, seperti dalam situasi di gothakan kamar-ku dulu waktu di Pondok. Ah, sang guru hadir dalam mimpiku, masih menjaga adab dan sikapku. Untuk beliau teriring doa, al-Fatihah!"Lalu sang murid beranjak ke kamar mandi. Ambil wudhu, lalu mendekati istri yang sudah menyiapkan santap sahur dan menunggu kehadirannya. "Bismillahirrahmanirrahim..."Ustadz Muhammad Syamsudin, Pengasuh Pondok Pesantren Hasan Jufri Putri, Pulau Bawean, Gresik, Jawa Timur======NU Online mengajak kepada pembaca semua untuk berbagi kisah inspiratif penuh hikmah baik tentang diri sendiri atau orang lain. Silakan kirim ke email redaksi
kisah santri yang taat pada guru